HUT RI ke 78: Srikandi Aceh Masa Belanda "Laksamana Malahayati", Akan Diangkat Sebuah Teater -->

adsterra1

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

adsterra3

HUT RI ke 78: Srikandi Aceh Masa Belanda "Laksamana Malahayati", Akan Diangkat Sebuah Teater

, Agustus 09, 2023
Grup Teater


RIAUEXPRESS, JAKARTA - Gema Citra Nusantara  (GCN) dan Papatong Artspace untuk kedua kalinya akan menggelar teater musikal "Keumalahayati-Laskar Inong Balee". Kali ini dalam rangka menyambut HUT RI ke 78, Jum'at (12-13/08/23) pukul 19.00 WIB.


Kegiatan ini akan berlangsung di teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Dan sebelumnya pementasan teater musikal ini telah terlaksana pada tanggal 19 Maret 2022 bertempat yang sama. 


Pertunjukan teater ini dengan membawakan cerita kepahlawanan Keumalahayati saat ia memimpin lebih dari 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid), untuk berperang melawan Belanda, sekaligus adegan saat membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.


Atas kepemimpinannya, Sultan Aceh Darussalam memberikan gelar Laksamana untuk keberaniannya sehingga kemudian Keumalahayati lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.


Demikian yang disampaikan Executive Produser, Mira Marina Arismunandar, bawa cerita Keumalahayati yang akan diangkat dalam pertunjukan teater nantinya, merupakan kisah nyata, yang bukan hanya pahlawan nasional dan panglima perang perempuan pertama di Indonesia, tetapi juga di dunia. 


"Mudah-mudahan pementasan ini nantinya akan menjadi inspirasi kepada generasi milenial untuk meneladani ketokohan, kegigihan serta nasionalisme dalam mempertahankan Nusantara dari penjajahan melalui seni pertunjukan, "jelasnya.


Menururnya, kisah kepahlawanan Keumalahayati dimulai setelah suaminya, Laksamana Zainal Abidin, gugur dalam peperangan. Malahayati saat itu dikabulkan oleh Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan (Inong Balee).


Hingga hari ini, banyak orang yang belum mengenal sosok Keumalahayati yang perjuangannya sudah diakui Pemerintah sebagai Pahlawan Nasional di tahun 2017. 


"Pementasan ini dalam rangka lebih  mensosialiasikan sosok perempuan perkasa dari tanah Aceh, yang pada jaman itu sudah diberi hak memimpin perang dari Kesultanan. Ini sesuatu yang luar biasa, "jelas Mira.


Sosialisasi kepahlawanan Keumalahayati tidak bisa dilaksanakan secara instan dengan hanya sekali jalan. Di sini perlu adanya berkesinambungan, baik dengan pendekatan yang sama ataupun sama sekali berbeda. 


"Ini pekerjaan rumah kita bersama, agar sosok Keumalahayati sebagai wanita pemberani dan setia terhadap tanah air, dikenal oleh anak-anak muda kita dan mereka bisa mengambil nilai-nilai positif yang ada pada beliau sekaligus menjadi bagian dari pembentukan karakter generasi muda kita," kata Mira.


Jalur Sutera Maritim

Teater Musikal Keumalahayati disutradarai Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya, menampilkan pemain utama antara lain Haikal AFI 2, Teuku Rifnu Wikana, dan Karissa Soerjanatamihardja, di samping nama-nama lainnya, seperti seniman senior Aceh, Marzuki Hasan, Junio Ferandez, Yan Wibisono, Beyon Destiano, Fachrizal Mochsen, dan empat sahabat  Keumalahayati yakni Nanda Dian Utami, Nadya Devina, Kartika Desma, Jeyhan Safiana.


Tim kreatif panggung terdiri dari nama-nama tenar, seperti Gema Sedatana (Penulis Naskah), Leodet (Music Composer), Jufrizal dan  Asep Supriyatna (Penata Musik Tradisional), Wiwik HW (Koreografer), Helen Nanlohy (Vocal Coach), Endro Sukmono (Fighting Coach), Bulqini ( Scenografer), Mamed Slasov (Lighting). 


Secara konsep ide cerita untuk teater musikal Keumalahayati ini masih sama seperti pertunjukan perdana, bahkan sejumlah pemain pun masih sama. Namun ada sedikit pengembangan, di mana di sini diangkat jalur sutra maritim juga penjualan rempah-rempah.


Pentas berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh yang dikemas secara modern ini akan memperlihatkan peran Inong Balee yang dimainkan para Penari dari GCN yang memuculkan tiga tarian khas Aceh dalam koreografi baru yakni Tari Ranup Lampuan, Rencong dan Ratoh Kipah.  


Ketiganya merupakan tarian penting  di Aceh, dan masing-masing punya makna berbeda. Tari Rencong misalnya, bercerita tentang semangat perempuan Aceh dalam memperjuangkan nilai hakiki kehidupan serta martabat dan keagungan manusia sebagai mahluk Tuhan.


Di atas panggung, kekuatan GCN  sebagai sebuah kelompok tari, bakal terlihat sangat menonjol, terutama pada bagian dimunculkan  perang kolosal yang dimainkan dalam koreografi tari apik di tengah kostum Aceh  berwarna hitam.


Ada hal yang sangat berbeda yang ditampilkan di panggung Keumalahayati tahun ini, salah satunya adalah barisan musik akan dimainkan secara live oleh Batavia Chamber Orchestra. Di luar itu,  pada bagian make up artist muncul para Sahabat Tuli hasil binaan  dari Yayasan Perempuan Tangguh Indonesia. 


“Sejak lama, saya ingin mengajak teman-teman difabel menjadi bagian dari kegiatan kesenian yang dibuat GCN. Dan Alhamdulillah, ini merupakan yang kedua kalinya kami melibatkan mereka. Namun kali ini sedikit berbeda teman- teman difabel akan berperan sebagai make up artist. Di samping itu, di lobi gedung pertunjukan, kami menyediakan stand khusus untuk  memamerkan karya dari teman-teman difabel, "tambah Mira.


Tentang Gema Citra Nusantara dan Papatong Artspace

Sanggar tari nirlaba yang  telah berdiri sejak 18 tahun lalu. Memiliki tujuan untuk meningkatkan minat dan rasa cinta generasi muda kepada kesenian dan budaya tradisi Indonesia sehingga generasi muda dapat mengenal, melestarikan, dan mengembangkan seni tari dan musik tradisional. 


Sejak lama sudah melakukan riset serius tentang Keumalahyati dan kemudian mengemasnya dalam format drama musikal. Atas nama Keumalahayati pula, GCN telah sukses membangun kerja sama dengan  beragam instansi, antara lain dengan TNI Angkatan Laut, Kemendikbudristek, Kemenparkraf, KemenkoMarves, PFN.   


Untuk mensosialisasikan sosok Keumalahayati, sudah dimulai GCN dari tahun 2021 dengan mengadakan Webinar I dan Webinar II di bulan Maret 2022, Pagelaran I pada 19 Maret  2022, Sarasehan dan Presentasi Musik pada bulan November 2022, Pagelaran II tanggal 12 dan 13 Agustus 2023, dan akan ditutup dengan konser musik di bulan November mendatang.


Di tengah itu, masih ada lagi rangkaian sosialisasi Keumalahayati berupa pembuatan film Animasi Keumalahayati pada tahun 2024 yang diprakarsai Kemenkomarves dan PFN.


GCN berkolaborasi bersama Papatong Artspace, sebuah studio seni berdomisili di Jakarta, mengangkat sosok Keumalahayati agar dapat mengedukasi  masyarakat luas akan pentingnya sejarah bangsa dan dapat lebh menghargai makna pahlawan bangsa.


"Drama musikal ini merupakan sarana sosialisasi dan edukasi atas kisah perjuangan wanita bernama Keumalahayati, "tutup dia.**

TerPopuler