Nasib Gajah Sumatera di Tengah-tengah Hiruk Pikuk Kilang Minyak -->

adsterra1

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

adsterra3

Nasib Gajah Sumatera di Tengah-tengah Hiruk Pikuk Kilang Minyak

, Agustus 31, 2023
Gajah sumatera di kawasan eks Suaka Marga Satwa Balai Raja di Duri, Riau diambil tahun 2016 sumber kompas (ilustrasi) 


RIAUEXPRESS, BENGKALIS - Binatang Gajah merupakan mamalia besar yang memilki ciri-ciri khusus, seperti belalai  untuk bernapas, menghisap air, kemudian mengambil benda. Gigi serinya tumbuh menjadi taring yang dapat digunakan sebagai senjata dan alat untuk memindahkan benda atau menggali. Daun telinganya yang besar membantu mengatur suhu tubuh mereka.


Gajah merupakan hewan herbivora yang dapat ditemui dari berbagai habitat, seperti berada di sabana, hutan, gurun, dan rawa-rawa yang cenderung berada di dekat air. Gajah dianggap sebagai spesies kunci karena dampaknya terhadap lingkungan. 


Bahkan, kelebihan dari Gajah ini, hewan-hewan lain lebih cenderung menjaga jarak termasuk sejumlah binatang predator seperti hyena, anjing liar, singa, harimau, meskipun masih tetap mengancam terhadap keselamatan gajah muda. 


Hewan jenis ini merupakan mahluk yang dilindungi, untuk menghindari dari kepunahan dari dunia. Untuk di indonesia terutama di Sumatera bagian tengah, yakni wilayah Provinsi Riau khusus di Kabupaten Bengkalis, gajah ini masih ada, meskipun tinggal belasan ekor dalam kawasan wilayah kecamatan Mandau hingga kecamatan Siak Kecil. 


Menurut Manager Education Program Rimba Satwa Foundation (RSF), Solfarina, didampingi Manager Elephant Monitoring Team RSF, Git Fernando, bahwa pihaknya dalam melakukan pengawasan gajah mulai tahun 2021 telah didukung Pertamina Hulu Rokan (PHR).


"PHR telah mendukung kami melalui Corporate Social Responsibility (CSR), "ujarnya di Base Camp Rehabilitasi Rumah Kompos dan Pembibitan jalan Rangau KM 6, Kecamatan Mandau, Duri. 

Sejumlah wartawan saat melakukan peninjauan langsung di Rimba Satwa Foundation (RSF) di Pembibitan jalan Rangau KM 6, Kecamatan Mandau, Duri (Foto: 24/08/23).


Dijelaskan, di Base Camp Rehabilitasi pihaknya dalam satu tahun ini telah melakukan pembibitan tanaman, seperti bibit jengkol, durian, nangka, dan lainnya. Dan bibit tersebut yang sudah cukup umur akan ditanam pada jalur gajah melintas. 


"Untuk saat ini sudah ribuan bibit yang ditanam pada jalur gajah melintas. Kemudian keistimewaan tanaman tersebut, gajah yang memakan daunnya tidak sampai dirusak, "tambah dia baru-baru ini. 


Sejauh ini beberadaan gajah telah bisa terpantau lantaran telah dipasang GPS Collar. Alat pelacak ini berasal PT PHR sebagai sponsor penyedia alat melalui CSR. Sedangkan wilayah pengeboran maupun perlintasan pipa minyak perusahaan milik negara itu, merupakan jalur pelintasan gajah.


Secara rinci disampaikan, Codet merupakan gajah tunggal yang sudah dipasang GPS Collar. Kemudian Getar adalah gajah tunggal yang belum dipasang alat pelacak. Getar ini merupakan gajah jenis Alfa di kantong gajah Balai Raja dan Giam Siak Kecil (GSK).


Selanjutnya Seruni gajah betina yang juga sudah dipasang GPS Collar, Seruni ini merupakan gajah Balai Raja yang sudah bermigrasi ke GSK. Lalu Almira gajah betina juga sudah dipasang GPS Collar.  Sedangkan Almira ini termasuk kelompok besar yang sama dengan Seruni.


Rimba merupakan anak gajah Seruni. Kemudian Nae gajah betina yang juga telah terpasang GPS Collar, merupakan GSK. Lalu gajah yang telah dipasang GPS Collor bernama Rara. 


Kemudian gajah yang sudah diberi nama seperti Jose, Tanker Junior, Pongka, Pongki yang merupakan beberapa nama gajah yang ada di Balai Raja dan Giam Siak Kecil yang jumlah mencapai 50 sampai 60 ekor.

Manager Education Program RSF, Solfarina dan Analyst Social Perfomance Support PT Pertamina Hulu Rokan, Khatimah Ummi saat melihat-lihat perkembangan sejumlah bibit tanaman yang akan ditanam pada lokasi jalur gajah (Foto: 24/08/23).


Sedangkan gajah bernama Almira dan Seruni jumlah kelompoknya mencapai 19 ekor. Kemudian gajah bernama Nae kelompoknya sampai belasan ekor, kemudian gajah yang telah diberi nama Rara kelompoknya mencapai 30-an ekor.


Meskipun mereka ini telah bermigrasi ke SM Giam Siak Kecil. Namun gajah-gajah ini tetap ingat jalur kembali ke lokasi di daratan Mandau dan Pinggir. 


Sehingga jalur gajah tersebut ditanam sejumlah tanaman yang telah disediakan bibitnya di Base Camp Rehabilitasi Rumah Kompos dan Pembibitan jalan Rangau KM 6, Kecamatan Mandau, Duri. 


Ada beberapa alasan sejumlah gajah ini 

bermigrasi Giam Siak Kecil, lantaran adanya pemukiman baru di Desa Semunai, Kecamatan Pinggir, sehingga kemunculan pemukiman baru ini melutus lintasan gajah keluar masuk habitat asalnya.


"Meski begitu, kita tetap kawal keberadaan gajah ini, walaupun mereka telah jauh perginya berada di Giam Siak Kecil melalui alat pelacak yang telah kita pasang, "terangnya lagi.


Disebutkan, bagi masyarakat yang jalurnya merupakan jalur gajah, awalnya gajah dianggap sebagai hama perusak. Namun kini masyarakat telah paham jika gajah tersebut merupakan hewan yang dilindungi, sehingga harus tetap terjaga habitatnya. 


Sementara itu, Analyst Social Perfomance Support PT Pertamina Hulu Rokan - WK Rokan, Khotimah Ummi menyampaikan, bahwa pihaknya masih terus mendukung program RSF untuk menjaga gajah agar tidak sampai punah. 


"Program CSR kita dalam menjaga keberadaan gajah agar tak sampai punah akan terus berlanjut. Dan kami lihat program RSF sangat bagus, sehingga tak ada alasan kami untuk menghentikan dukungan dalam menghindari kepunahan gajah sumatera, "jelasnya. 


Dari berbagai penjelasan diatas sudah dapat disimpulkan, bahwa keberadaan kilang minyak PT. PHR yang berada di perlintasan gajah tersebut, tidak sampai mengusik keberadaan mereka, akan tetapi bahkan keberadaan mereka mampu terjaga dan terlindungi dari kepunahan.**

TerPopuler