Gajah Sumatra 'Codet' Hidup Kesepian Tanpa Miliki Kelompok -->

adsterra1

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

adsterra3

Gajah Sumatra 'Codet' Hidup Kesepian Tanpa Miliki Kelompok

, Maret 18, 2024
Gajah Sumatera bernama Codet melintasi terowongan di bawah tol Pekanbaru-Dumai saat menjelajah di Kantong Giam Siak Kecil dan Balai Raja

RIAUEXPRESS, PEKANBARU - Di tengah hutan Riau yang rimbun, kisah Gajah Sumatra bernama Codet membuat hati terenyuh. Istilah 'gunung ku daki, lautan ku seberangi', mungkin bisa menggambarkan kisah Codet untuk menemukan pasangannya.


Codet merupakan seekor gajah jantan tanpa gading yang bukan bawaan dari lahir, namun karena di tahun 2015 silam gadingnya patah akibat dari pertarungan dengan gajah liar lainnya bernama 'Getar'. 


Codet ini merupakan gajah soliter, artinya hidup sendirian tanpa punya kelompok seperti gajah lainnya. Dia sendiri sering mondar-mandir di area dua kantong gajah, yakni wilayah Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja, Bathin dengan SM Giam Siak Kecil di Provinsi Riau, 


Rekaman vidio Codet ini sempat viral di 2022 lalu, saat melintas di jalan Tol Pekanbaru-Dumai, karena sedang mencari pasangan dengan perjalanan jauh dari area hutan lindung SM Giam Siak Kecil menuju SM Balai Raja kecamatan Mandau.


Sebenarnya, tol tersebut sudah dilengkapi under pass atau terowongan gajah yang ramah lingkungan. Namun saat itu dibanjiri air dari sungai sekitarnya, sehingga Codet nekat menyeberang dan mempertaruhkan keselamatannya demi menemukan cintanya.


Saat musim kawin, Codet biasanya ditandai dengan keluarnya seperti minyak di antara mata dan telinga, yang mana kondisi ini dinamakan masa musth yang terjadi per 3 atau 4 bulan dalam 1 tahun. Di  masa ini, Codet didorong oleh nalurinya untuk mencari pasangan.


Dia menjelajahi wilayah yang luas demi menemukan gajah betina yang siap kawin. Perjalanannya pun tidak mudah, Codet harus melewati hutan, perkebunan dan bahkan menyeberang jalan tol yang ramai.


Codet sudah dipasangkan perangkat berupa global positioning system (GPS) collar yang dikalungkan pada lehernya dari persembahan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF). Gunanya, agar gajah yang telah dipasangi alat canggih tersebut dapat terpantau pergerakannya secara real time.


“Kami juga sempat surprise saat Codet keluar jalur biasanya. Alhamdulillah bisa kami monitor terus dengan dipasangkan GPS collar tersebut. Ini sangat membantu para rimbawan untuk turut memantau pergerakan gajah demi menjaga populasinya di hutan dan mengantisipasi konflik dengan manusia,” kata Direktur RSF Zulhusni Syukri, Senin (18/03/24).


- Pertemuan dengan Seruni -

Di wilayah Giam Siak Kecil, Codet bertemu dengan seekor gajah betina bernama Seruni. Seruni adalah gajah yang hidup dalam kelompok.


Pada musim kawin tersebut, Codet dan Seruni biasanya bertemu. Keberhasilan perkawinan mereka sangat penting untuk menjaga populasi Gajah Sumatra yang terancam punah.


Kisah cinta Codet dan Seruni adalah simbol perjuangan Gajah Sumatra di era modern. Habitat mereka semakin terfragmentasi akibat aktivitas manusia, sehingga sulit bagi mereka untuk bertemu dan kawin. Namun, kisah Codet juga memberikan harapan. Dia menunjukkan bahwa Gajah Sumatra masih memiliki naluri untuk bertahan hidup dan berkembang biak.


Sebagaimana diketahui, tahun 1980-an, kantong atau wilayah jelajah Gajah Sumatra berjumlah 44 kantong yang tersebar dari Aceh sampai Lampung. Data 2011, hanya tersisa 23 kantong. Di Riau, ada delapan kantong gajah antara lain, Tesso Nilo Tenggara, Tesso Nilo Selatan, Serangge, Petapahan, Mahato, Koto Tengah, Giam Siak Kecil dan Balai Raja.


- Lestarikan Cinta Gajah Sumatra

Upaya untuk melestarikan habitat Gajah Sumatra sangat penting untuk menjaga populasi mereka. Dengan begitu, dirasa sangat perlu untuk melindungi hutan dan menciptakan koridor gajah agar mereka dapat bergerak bebas dan menemukan pasangan.


Kisah Codet dan Seruni tadi adalah pengingat bahwa kita harus hidup berdampingan dengan alam. Dengan melindungi habitat gajah, kita juga melindungi masa depan.


Codet merupakan salah satu Gajah Sumatra yang masuk dalam pantauan tim PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama Rimba Sawta Foundation (RSF) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. PHR bersama para mitranya telah memasang GPS Collar sebanyak 5 untuk Codet dan kelompok gajah-gajah lainnya. 


Upaya pemantauan yang dilakukan PHR dan RSF dapat mengetahui pergerakan gajah secara realtime, melalui sabuk GPS collar yang dikalungkan tersebut.

Selain kalung GPS, PHR juga menyumbangkan 18 unit kamera pengintai (camera trap) yang diletakkan di berbagai lokasi strategis di habitat gajah.


Kalung GPS yang dipasangkan di leher gajah berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit dan memberikan data lokasi keberadaan kelompok gajah. Dengan demikian, potensi konflik gajah dan manusia dapat dimitigasi lebih dini. Sementara itu, kamera pengintai dipasang di sejumlah titik di kawasan perlintasan gajah guna memberikan informasi visual.


Upaya konservasi ini merupakan salah satu program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PHR WK Rokan dalam bidang lingkungan. Gajah adalah satwa endemik dengan jumlah populasi yang saat ini kian menipis.


Gajah Sumatra sejak 2011 termasuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Hal ini disebabkan karena populasi Gajah Sumatra yang menurun lebih dari 80 persen dalam waktu sekitar 75 tahun terakhir.**

TerPopuler