![]() |
| Monumen Tugu Nasi Kunyit Pagar Telur |
RIAUEXPRESS, BENGKALIS - Pagi itu, Jumat (24/10/25), di salah satu desa tertua di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, yaitu Desa Balai Pungut, begitu terasa angin sejuk semilir di area sungai Tepian Batang Mandau.
Apalagi diiringi suara berbagai kicauan burung liar yang bersarang di sejumlah pepohonan yang juga tumbuh liar di sepanjang pinggiran sungai tersebut, membuat suasana di area sepanjang sungai dengan hadirnya suara alam itu terasa berada di alam surgawi.
Keistimewaan keindahan alam yang berada di area sungai Tepian Batang Mandau di desa Balai Pungut ini, ternyata kini sudah di lirik pihak Pertamina Hulu Rokan (PHR), untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Apalagi, di kawasan itu selain dapat diakui bisa dijadikan obyek wisata alam, juga ternyata menyimpan histori berdirinya PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) pada tahun 1932 untuk melakukan pertambangan minyak. Dan selanjutnya beralih nama menjadi PT PHR WK Rokan di bulan Agustus 2021 lalu.
![]() |
| Sungai Tepian Batang Mandau |
Untuk mengingat sejarah tersebut, Pemerintah Kabupaten melalui Pemerintah Desa Balai Pungut juga telah mendirikan Monumen Tugu Nasi Kunyit Pagar Telur atas ide dari Kepala Desa Balai Pungut pada waktu itu sekitar tahun 2017 silam.
Monumen Tugu Nasi Kunyit Pagar Telur sebagai simbul Adat Melayu, yang didirikan di tepi Sungai Mandau itu, selain untuk mengingatkan sejarah, juga sebagai simbol persahabatan abadi bagi masyarakat dengan pihak PT. PHR.
Untuk menuju lokasi wisata di desa Balai Pungut tersebut, dari kota Duri, kecamatan Mandau bisa dibilang cukup jauh hingga belasan kilometer, namun bagi para wisatawan tidak perlu ragu dengan jauhnya perjalanan tersebut, sebab kendaraan yang melintas menuju ke lokasi wisata itu, dengan melalui jalan yang naik turun dan berkelok-kelok, dengan menikmati permohonan di pinggiran jalan yang menghijau.
Menurut Direktur Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Tuah Melayu Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Marjun mengungkapkan, bahwa pihaknya bersama PT PHR, berkomitmen akan terus mendorong pengembangan destinasi Wisata Tepian Batang Mandau.
![]() |
| Suasana di lokasi Wisata Tepian Batang Mandau |
"Kita akan terus berupaya menciptakan Sungai Tepian Batang Mandau ini dapat dijadikan sebagai ikon wisata berbasis alam dan sejarah, "ujarnya kepada sejumlah wartawan.
Dalam hal pengembangan wisata alam dan sejarah ini, pihak Bumdes Tuah Melayu menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan berbagai pihak, terutama dari PHR yang telah berkontribusi melalui program pemberdayaan masyarakat dalam memajukan obyek wisata.
"Kehadiran program ini kita akui sangat membawa dampak positif terhadap peningkatan kunjungan wisatawan ke desanya. Sehingga juga meningkatkan perekonomian masyarakat melalui UMKM, "jelas Marjun.
Majrun menyebut, Bumdes berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor wisata agar mampu memberikan tambahan pendapatan bagi desa serta mendorong ekonomi masyarakat kecil, khususnya para pedagang lokal.
![]() |
| Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar |
“Kami berusaha semampu kami agar Wisata Tepian Batang Mandau menjadi tujuan wisata yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama pelaku usaha kecil,” tambahnya.
Namun, Majrun juga menyoroti kendala utama yang dihadapi Bumdes saat ini, yakni keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan wisata.
“Kendala yang kami rasakan sampai sekarang adalah kurangnya SDM di bidang pengelolaan wisata. Kami masih perlu banyak belajar agar bisa mengelola dengan lebih baik, "tambah dia lagi.
Sementara itu, SR. Officer Corporate & Institutional Development (CID) PHR, R. Muhammad Wildan, menjelaskan bahwa Desa Balai Pungut merupakan wilayah operasi yang berada di ring 1 PHR, dan memiliki nilai strategis baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
“Di sepanjang jalan menuju Desa Balai Pungut terdapat jaringan pipa dan fasilitas operasi seperti Gandring Station. Kawasan ini masuk dalam daerah operasi PHR, dan secara sosial di sini juga hidup masyarakat Melayu dan Sakai,” jelas Wildan.
Wildan menambahkan, program pengembangan desa wisata ini menjadi bagian dari komitmen PHR untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasinya melalui pendekatan sosial dan ekonomi.
![]() |
| Makam Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi, |
Terkait perkembangan wisata berbasis alam dan sejarah ini, Penjabat Kepala Desa Balai Pungut Aisah S Pd menyampaikan terima kasih kepada PT PHR Wilayah Kerja Rokan atas kontribusi nyata melalui program CSR.
"PHR sudah banyak membantu masyarakat desa Balai Pungut, dari menciptakan objek wisata baru engan melakukan pembinaan terhadap aktifis Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), sampai dengan melakukan pembinaan pengembangan UMKM kepada masyarakat, "terang PJ Kades.
Dijelaskan, sektor wisata maupun UMKM kini telah menjadi bagian dari sumber pemasukan masyarakat Balai Pungut dengan diperkirakan perputaran uang mencapai 90 juta rupiah ketika diadakan Iven di Tepian Batang Mandau.
"Sedangkan untuk tiket masuk ke lokasi wisata tersebut dengan tarif Rp5 ribu, 'ungkap.
Seiring dengan tiga pilar program utama PHR, berupa ekonomi, kesejahteraan, dan sosial, bahwa aktivasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Balai Pungut yang diketuai Erwin mengatakan, bahwa pihak PHR Zona Rokan akan terus mendukung agar destinasi wisata di Desa Balai Pungut terus berkembang.
Sementara itu, sejumlah pemuda desa Balai Pungut yang kebetulan sedang terlihat menikmati panorama alam di Sungai Tepian Batang Mandau menyampaikan, bahwa sebelum lokasi tersebut dijadikan ikon wisata berbasis alam dan sejarah, hanya dijadikan oleh pendudukan setempat mencari ikan, dengan menjaring dan mancing.
"Namun setelah Pemerintah Desa kita bersama PHR terlihat serius untuk mengembangkan wisata, lokasi ini tidak lagi ramai hanya orang mancing dan jaring, namun sudah banyak wisata lokal datang untuk menikmati keindahan alam di Tepian Batang Mandau, "kata salah satu pemuda Dluha.
Ia sampaikan, atas nama pemuda desa Balai Pungut, pihaknya dari para pemuda setempat akan terus mendukung program tersebut, ia juga mengaku siap untuk digerakan untuk membantu dalam pengembangan wisata di desanya.
Di Desa Balai Pungut juga ada jejak spiritual, yaitu makam seorang tokoh agama yang membawa ajaran Thoriqoh Naqsyabandiyah, Tuan Syekh H Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi, yang lahir pada tahun 1878 Masehi.
Ia dikenal pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura dalam mengembangkan ajaran Islam di wilayah Mandau setelah mendapatkan izin Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura pada tahun 1925 di Desa Beringin dan kemudian dikembangkan di Desa Balai Pungut tahun 1936.
Demikian yang disampaikan Cucu Kandung Tuan Syekh H. Imam Sabar Al-Kholidi Naqsyabandi, Majrun, bahwa atok-nya tersebut seorang ulama yang bersahaja dan kharismatik, sehingga ajarannya berkembang sangat luas di Riau.
Di Desa Balai Pungut juga terdapat rumah adat bernama Selaso Jatuh Kembar digunakan untuk upacara adat dan musyawarah. Rumah adat tersebut bentuk panggung dengan atap A dua tingkat dan persilangan atap (Sulo Bayung) serta sudut kaki atap (Sayok Layangan), dengen dihiasi tiga warna, yaitu kuning, hijau dan merah.**





