Ilustrasi |
RIAUEXPRESS, BENGKALIS - Seiring keputusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis untuk tetap melanjutkan pembangunan jalan lingkar Duri Barat yang disebut-sebut bertujuan untuk mengurai kemacetan disesalkan Himpunan Pegiat Alam (Hipam).
Karena, Hutan Talang yang dijadikan untuk jalan lintas demi mengurangi kemacetan lintas Sumatera di kota Duri, kecamatan Mandau tersebut, awalnya merupakan kawasan hutan yang masih alami, juga merupakan lokasi habitat gajah sumatera, serta satwa lindung lainnya untuk hidup dan berkembang biak.
Demikian yang disampaikan Ketua Koalisi Penyelamat Hutan Alam Balairaja, Habibi Adlis, bahwa ia mengaku prihatin hutan alam yang masih perawan itu dibuka untuk dibangun jalan raya.
Proyek jalan lingkar Duri Barat |
"Ini keputusan yang tidak masuk diakal sehat kami, tidak harus hutan alam Talang yang harus ditebangi, karena sejauh ini masih banyak area lain yang dapat dijadikan jalan lintas, "ungkap Habib, selasa (12/09/23).
Sementara itu, Ketua Koalisi Penyelamat Hutan Talang, Muhammad Yusuf mengaku sudah lama mengajukan sikap keberatan, atas proyek pembangunan jalan Lingkar Duri Barat yang dinilai merusak Hutan Talang.
"Hutan Talang menyimpan keragaman hayati. Tidak hanya apotik bagi satwa di dalamnya, namun juga sumber kehidupan masyarakat adat. Sedangkan sisanya, sudah jadi kebun sawit, peladangan, pemukiman dan berbagai fasilitas umum di Duri, "bebernya.
Dijelaskan, saat ini pengerjaan jalan Lingkar Duri Barat sudah 80% telah terlaksana untuk penebangan pohon dan meratakan jalan. Selanjutnya akan dilakukan pengaspalan. Kini hutan yang menjadi tempat gajah Sumatera berlindung itu telah terbelah oleh jalan.
"Dengan situasi ini, jelas mempersempit ruang gerak gajah sumatera untuk hidup. Sedangkan gajah sumatera yang tinggal puluhan ekor itu kini samakin terancam habitatnya untuk bisa bertahan hidup, "ungkap M. Yusuf.**